PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN LKPD BERBASIS TPACK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEL ELEKTROKIMIA PADA SISWA KELAS XII
SMA NEGERI 1 LAMBITU
LAPORAN
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Guru (PPG)
Pendidikan Kimia
Oleh : ARIYUNI
ADINDA
E1M220001
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
2020
HALAMAN
PERSETUJUAN
Disusun oleh :
Nama :
Ariyuni Adinda, S.Pd
Nim :
E1M220001
Judul PTK :
Penerapan model Discovery Learning Berbantuan
LKPD Berbasis TPACK untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sel Elektrokimia Pada
Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lambitu
Laporan
PTK ini telah dibaca dan disetujui oleh Dosen Pembimbing dan Guru Pamong
sebagai kelengkapan telah melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL)
Mataram, 18
November 2020
Dosen Pembimbing, |
Guru Pamong, |
Drs. I Nyoman Loka, M.Si NIP.
196412311991011002 |
Raden Apriadi, M.Pd NIDN. 081304870001 |
|
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK ini
dengan judul ”Penerapan model Discovery Learning Berbantuan LKPD
Berbasis TPACK untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sel Elektrokimia Pada Siswa
Kelas XII SMA Negeri 1 Lambitu” ini tepat pada
waktunya.
PTK ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk Program Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Angkatan II
pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan
Pendidikan Kimia. Penulisan PTK ini
dapat terwujud karena bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada : .
a.
Dosen pembimbing, Drs. I Nyoman Loka, M.Si
b.
Guru Pamong, Raden Apriadi, M.Pd.
c.
Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun bagi keberhasilan dan penyempurnaannya sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Mataram, 18
November 2020
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
............................................................................ |
i |
HALAMAN
PERSETUJUAN.................................................................. |
ii |
KATA
PENGANTAR
............................................................................. |
iii |
DAFTAR
ISI
............................................................................................ |
iv |
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................... |
1 |
A. Latar Belakang
........................................................................... |
1 |
B. Identifikasi
Masalah.................................................................... |
4 |
C. Rumusan Masalah
...................................................................... |
4 |
D. Tujuan Penelitian
....................................................................... |
4 |
E. Manfaat Penelitian
..................................................................... |
5 |
BAB II KAJIAN PUSTAKA
................................................................. |
6 |
A. ...
Penelitian Tindakan Kelas
...................................................... |
6 |
B. Model
Discovery Learning ..................................................... |
10 |
C. LKPD
(Lembar Kegiatan Peserta Didik) ................................ |
13 |
D. TPACK ................................................................................... |
17 |
E. LKPD
Berbasis TPACK ......................................................... |
17 |
F. Hasil Belajar............................................................................ |
17 |
G. Materi ...................................................................................... |
21 |
H. Hipotesis
Penelitian ............................................................... |
28 |
BAB III METODE PENELITIAN
....................................................... |
29 |
A. Desain Penelitian
...................................................................... |
29 |
B. Subjek
Penelitian ...................................................................... |
29 |
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................... |
29 |
D.
Variabel Penelitian........................................................................ 30
E.
Rancangan Penelitian.................................................................... 30
F.
Pengumpulan Data........................................................................ 32
G.
Analisis Data................................................................................. 32
H.
Indikator Kerja.............................................................................. 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 37
A.
Hasil Penelitian.............................................................................. 37
B.
Pembahasan................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 43
A.
Kesimpulan.................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................... 45
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu memiliki hak mendasar
untuk mendapatkan pendidikan, karena sebagai individu yang berakal dan memiliki
pemikiran yang luas maka pendidikan menjadi hal terpenting bagi setiap individu
dalam kehidupannya. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu baik itu
pengetahuan maupun kemampuan sosial dapat dikembangkan melalui pembelajaran
yang baik, guna mendapatkan tujuan dalam proses kegiatan pembelajaran yakni
perubahan sikap yang lebih baik, serta tercapainya tujuan pembelajaran secara
umum yakni perubahan kehidupan individu kearah yang lebih baik (Anwar, 2012).
Berdasarkan hal tersebut Barry Moris
mengelompokkan pola pembelajaran menjadi empat yakni: pola pembelajaran dengan
kegiatan tatap muka tanpa penggunaan bantuan media, pola pembelajaran dengan
kegiatan tatap muka dengan penggunaan bantuan media yang penggunaannya belum
menyeluruh, pola pembelajaran dimana guru menjadi sumber informasi serta
penggunaan media sebagai alat bantu dalam pencarian informasi yang lain, dan
pola pembelajaran dengan penggunaan bantuan media tanpa dibarengi penyampaian
materi oeh guru (Rusman, 2013).
Dengan perubahan zaman yang begitu
pesat, penggunaan media pembelajaran menggunakan kecanggihan teknologi
digitalisasi sedang marak digunakan dalam dunia pendidikan, seperti penggunaan
media online yang diperuntukkan dalam pembelajaran dikelas dan hal ini
menjadikan guru sebagai fasilitator yakni hanya sebagai penyalur informasi
dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga peserta didik bisa mendapatkan
informasi melalui berbagai media online dan guru bukan lagi
satu-satunya sumber informasi peserta didik (Rusman, 2013).
Ilmu Kimia adalah ilmu pengetahuan alam
yang mempelajari prinsip, konsep, dan prosedur menghasilkan zat baru yang dapat
terlibat dari perubahan-perubahan, sifat-sifat, dan energi yang menyertainya.
Materi yang terdapat dalam ilmu kimia bukan hanya ilmu yang real dapat dilihat
langsung oleh mata, tetapi juga hal-hal abstrak yang belum ditangkap wujudnya
oleh indra. Ilmu kimia adalah ilmu yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, namun banyak peserta didik yang tidak menyadari pentingnya ilmu kimia
(Umiyati, 2016).
Berdasarkan observasi di SMA Negeri 1
Lambitu diketahui bahwa masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami
materi kimia. Adapun permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan belajar dalam
materi Korosi antara lain : 1) masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM, 2) kurangnya media pembelajaran yang digunakan saat kegiatan belajar
sehingga aktivitas siswa berjalan monoton, 3) penyajian materi masih sering
dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab sederhana yang menjadikan guru
sebagai pusat belajar (teacher centered),
4) keterlibatan siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana
siswa kurang memiliki keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat,
Hal tersebut mengakibatkan rendahnya
pemahaman siswa dan berimbas pada menurunnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran kimia khususnya materi sel elektrokimia. Hal tersebut dapat dilihat
dari data nilai ulangan harian siswa sebagai berikut :
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Kimia Materi Sel Elektrokimia Siswa
Kelas XII MIA 1 SMA Negeri 1 Lambitu Tahun Pelajaran 2019/2020
No |
Data |
Kelas XII MIA 1 |
1. |
Jumlah siswa |
27 |
2. |
Nilai tertinggi |
90 |
3. |
Nilai terendah |
50 |
4. |
% ketuntasan |
55% |
Sumber :
(Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia Tahun pelajaran 2019/2020 di SMA Negeri 1 Lambitu).
Berdasarkan uraian kenyataan diatas
diperlukan adanya variasi model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi sel elektrokimia adalah model Discovery Learning berbantuan LKPD
berbasis TPACK. Penggunaan model Discovery
Learning berbantuan LKPD berbasis TPACK akan dapat mengatasi kesulitan
siswa dalam memahami konsep sel elektrokimia sebab siswa yang lebih pandai
dapat membantu teman dalam satu kelompoknya yang tidak paham saat diskusi
berlangsung, dapat melatih siswa dalam memahami konsep dengan menemukan sendiri
konsep dan permasalahan dari materi yang diajarkan serta dapat menemukan sumber
belajar yang relevan terkait materi yang tersedia pada LKPD yang berbasis
TPACK.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Apriani (2018) dan Asmaniza dengan menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul “Penerapan model Discovery
Learning Berbantuan LKPD Berbasis TPACK untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Sel Elektrokimia Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lambitu“.
B.
Identifikasi Masalah
Permasalahan
yang dapat diidentifikasi dari pembelajaran di SMA Negeri 1 Lambitu pada materi
korosi sebagai berikut:
1) masih banyak siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM
2) kurangnya
media pembelajaran yang digunakan saat kegiatan belajar sehingga aktivitas siswa berjalan monoton.
3)
penyajian materi masih sering
dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab sederhana yang menjadikan guru
sebagai pusat belajar (teacher centered).
4) keterlibatan
siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana siswa kurang memiliki
keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah : Bagaimanakah Penerapan
model Discovery Learning Berbantuan LKPD Berbasis TPACK untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Sel Elektrokimia Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1
Lambitu ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
3.
Untuk meningkatkan keterampilan
guru dalam melaksanankan pembelajaran dengan model Discovery Learning Berbantuan LKPD Berbasis TPACK
E.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan, terutama penggunaan model Discovery Learning berbantuan LKPD
Berbasis TPACK dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Manfaat praktis
a.
Manfaat bagi siswa
1)
Meningkatnya aktivitas siswa pada saat pembelajaran kimia.
2)
Meningkatnya hasil belajar siswa
b.
Manfaat bagi guru
Meningkatnya keterampilan guru dalam melaksanankan
pembelajaran dengan model Discovery
Learning Berbantuan LKPD Berbasis TPACK pada pembelajaran Sel Elektrokimia
c.
Manfaat bagi sekolah
Memberikan masukan yang penting dalam peningkatan mutu
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran kimia di SMA.
d.
Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk bekal tambahan
ilmu sebagai guru kimia agar siap melaksanakan tugas di lapangan.
e.
Manfaat bagi lembaga penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
berikutnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian Tindakan Kelas
1.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk
penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang dilakukan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang
lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai
implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai
indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa
atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah
untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas,
peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka
kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga
terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.
Karakteristik utama penelitian tindakan
kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota
kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas harus menunjukkan adanya perubahan
ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Apabila dengan tindakan
justru membawa kelemahan, penurunan atau perubahan negatif, berarti hal
tersebut menyalahi karakter penelitian tindakan kelas. Adapun karakteristik yang
menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1.
Inkuiri
reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari
permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa.
Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practise driven)
dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).
2.
Kolaboratif.
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan siswa.
Penelitian tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan.
3.
Reflektif.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
Penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik
apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menerapkan enam prinsip, yaitu
sebagai berikut (Hopkins, 1993):
1.
Tugas pertama dan utama guru di
sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode penelitian tindakan kelas
yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai pengajar.
2.
Metode pengumpulan data yang di
gunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang
mengganggu proses pembelajaran.
3.
Metodologi yang digunakan harus
cukup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan
hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan
pada situasi kelasnya dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab
hipotesis yang di kemukakannya.
4.
Masalah penelitian yang diusahakan
oleh guru seharusnya merupakan masalah yang merisaukannya. Bertolak dari
tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen yang diperlukan
sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk bertahan dalam pelaksanaan kegiatan
yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas pengajarnya.
5.
Dalam menyelenggarakan penelitian
tindakan kelas, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi
terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting
ditekankan karena selain melibatkan anak- anak, penelitian tindakan kelas juga
hadir dalam suatu konteks organisasional sehingga penyelenggaraannya harus
mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.
6.
Kelas merupakan cakupan tanggung
jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh
mungkin digunakan classroom excedding perspektive, artinya permasalahan tidak
dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,melainkan
dalam perspektif yang lebih luas ini akan berlebih-lebih lagi terasa urgensinya
apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku
2.
Langkah-Langkah Penelitian
Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan
kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan
(action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation
and evaluation). Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas
terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya
sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai (kriteria
keberhasilan). Gambar dan penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut:
|
1.
Perencanaan
(Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
Penellitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan pembuatan media pembelajaran.
2.
Pelaksanaan
Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan
yang akan diterapkan.
3.
Observasi
(Observe), Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan
semua rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada
penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan
dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai
dengan data yang dibutuhkan.
4.
Refleksi
(Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang
terjadi atau hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak
tindakan yang
telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui
perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana tindakan yang ditetapkan
mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak
dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat
dilakukan
B.
Model Discovery
Learning
1.
Pengertian Model Discovery
Learning
Model pembelajaran didefenisikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep sendiri diantaranya adalah
metode discovery learning, merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
oleh J. Bruner berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan
prinsip-prinsip konstruktivis. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan
pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep
dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Sutman et al., 2008).
2.
Karakteristik Model Discovery
Learning
Model pembelajaran ini, menjelaskan
bahwa tugas guru bukan hanya sebagai penyampai informasi pengetahuan tapi
berperan membimbing siswa belajar sendiri sehingga mereka menemukan teori-teori
yang dapat mereka pahami. Dalam mengaplikasikan model pembelajaran discovery
learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Discovery learning ini membantu siswa
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif, pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan ingatan, menimbulkan rasa senang pada siswa. Karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, metode ini memungkinkan siswa
berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri, kemungkinan
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Kondisi
seperti ini juga akan lebih meningkatkan daya pikir serta meningkatkan rasa
percaya diri para siswa dan melatih para siswa untuk saling bekerja sama
menemukan kesimpulan-kesimpulan pembelajaran. Sehingga, tercapai kegiatan
belajar tidak hanya berpusat pada seorang guru.
3.
Kelebihan dan
Kekurangan Model Discovery Learning
Kelebihan Penerapan discovery learning
lainnya adalah dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, pengetahuan yang
diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri, menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Pembelajaran
ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya (Ella, 2013)
4.
Sintaks Model Discovery
Learning
Langkah kerja (sintak) model Discovery Learning dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Pemberian rangsangan (stimulation)
2) Pernyataan/Identifikasi
masalah (problem statement)
3) Pengumpulan data (data collection)
4) Pengolahan data (data processing)
5) Pembuktian (verification)
6) Menarik
simpulan/generalisasi (generalization).
Tabel
2.1. Sintaks Pembelajaran Discovery
Learning
Tahap |
Perilaku Guru |
Perilaku Siswa |
Tahap
I Pemberian Rangsangan |
Guru
menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri |
Siswa
memperhatikan guru |
Tahap
II Identifikasi Masalah |
Guru
memberikan contoh permasalah dikehidupan nyata |
Siswa
mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, dan langkah- langkah yang
akan ditempuh untuk membuktikan hipotesis. |
Tahap
III Pengumpulan Data |
Guru
membimbing siswa dalam pengumpulan data |
Siswa
mengumpulkan data untuk mendukung hipotesis yang dibuat siswa |
Tahap
IV Pengolahan data |
Guru
menjadi fasilitator dan membimbing jalannya pengolahan data |
Siswa
bekerja menyelesaiakan soal-soal untuk membuktikan hasil data yang ditemukan
untuk menunjang hipotesis yang dibuat |
Tahap
V Pembuktian |
Guru
memfasilitasi siswa untuk membuktikan hasil temuan |
Siswa
melakukan pembuktian atas hipotesis yang dibuat |
Tahap VI Menyimpulkan |
Guru membantu menyimpulkan |
Siswa menyimpulkan hasil penemuan dari
kerja kelompoknya. |
(Sumber: Sutman et
al., 2008)
C. LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik)
1.
Pengertian Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD (lembar kerja peserta didik) adalah
media pembelajaran tertulis yang berupa lembaran kertas berisi good Question
yang dapat menuntun peserta didik menemukan konsep. LKPD berisi rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik dengan tujuan mengaktifkan
peran peserta didik sebagai pembelajar (Sulviana, 2016).
2.
Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik
a.
Sebagai bahan ajar yang dapat
meminimalkan peran Guru namun lebih mengaktifkan peserta didik.
b.
Sebagai bahan ajar yang memudahkan
peserta didik untuk memahami materi yang diberikan dengan materi yang sesuai
dengan konteks kebutuhan peserta didik.
c.
Sebagai bahan ajar yang ringkas dan memiliki banyak
soal latihan untuk berlatih.
Sehingga
peserta didik akan terbiasa mengerjakan soal- soal dan lebih memahani materi
yang disampaikan.
d.
Memudahkan pelaksanaan proses
pengajaran kepada peserta didik. Sehingga tetap fokus pada pokok bahasan yang
sedang diberikan oleh pendidik.
3.
Manfaat lembar kerja peserta didik
Pembelajaran menggunakan LKPD memiliki manfaat sebagai berikut:
a.
Memudahkan Guru mengelola proses
pembelajaran, dari teacher oriented yakni semua kegiatan berpusat pada pendidik
menjadi student oriented yakni kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b.
Membantu Guru mengarahkan peserta
didik memahami konsep atau menemukan knsep melalui aktivitasnya sendiri.
c.
Memudahkan Guru memantau
keberhasilan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d.
Melalui LKPD Guru dapat kesempatan
untuk memberikan umpan kepada peserta diidk agar aktif terlibat saat materi
tengah dibahas.
4. Unsur-unsur LKPD
Secara teknis LKPD tersusun dalam enam
unsur, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok,
informasi pendukung, tugas atau langkah kerja dan penilaian.
5. Syarat LKPD yang baik
Ada beberapa syarat penyusunan LKPD yang
harus dipenuhi oleh pembuat LKPD. Darmodjo dan kaligis menjelaskan dalam
penyusunan LKPD harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik,
syarat kontruksi, dan syarat teknis.
a.
Syarat didaktik
1)
Memperhatikan adanya perbedaan
individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh peserta didik yang memiliki
kemampuan berbeda.
2)
Menekankan pada proses untuk
menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi peserta didik
untuk mencari informasi bukan alat pemberi informasi
3)
Memiliki variasi stimulus melalui
berbagai media dan kegiatan peserta didik, sehingga dapat member kesempatan
kepada peserta didik untuk menulis, bereksperimen, praktikum dan lain-lain.
4)
Mengembangkan kemampuan komunikasi
emosi social, emosional, moral dan estetika pada diri anak, sehingga tidak
hanya ditunjukkan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep akademis maupun
juga kemampuan social dan psikologis.
5)
Pengalaman belajar yang dialami
peserta didik ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik bukan
materi pembelajaran. Dapat disimpulkan syarat didaktik LKPD mengatur tentang
penggunaan lembar kerja peserta didik yang bersifat universal yang dapat
digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau yang pandai.
b.
Syarat kontruksi
Syarat kontruksi adalah syarat-syarat
yang harus dimiliki LKPD berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat
guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Adapun syarat-syarat
kontruksi dalam pembuatan LKPD meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)
Menggunakan bahasa sesuai tingkat kedewasaan anak.
2)
Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
3)
Memiliki tata urutan pelajaran yang
sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya dalam pembuatan LKPD
harus dimulai dari hal-hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks.
4)
Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
5)
Mengacu pada buku standar dalam kemampuan
keterbatasan peserta didik.
6)
Ruang yang cukup untuk member
keluasan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang
peserta didik ingin sampaikan.
7)
Menggunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata.
8)
Dapat digunakan untuk anak-anak,
baik yang lamban maupun yang cepat mengerjakan
tugas.
9)
Memiliki tujuan serta manfaat yang jelas dari
pembelajaran tersebut.
10)
Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
c.
Syarat teknis
LKPD digolongkan dalam kategori baik apabila memenuhi syarat teknis
yaitu:
a.
Tulisan Tulisan dalam LKPD harus memperhatikan
hal-hal berikut:
1) Menggunakan huruf
cetak dan tidak menggunakan huruf latin/romawi.
2)
Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.
3)
Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik.
4)
Menggunakan perbandingan antara huruf dan gambar
dengan serasi.
b.
Gambar Gambar yang baik adalah
menyampaikan pesan secara efektif pada penggunaan LKPD.
D. TPACK
TPACK merupakan satu kerangka yang
memperkenalkan hubungan yang kompleks antara ketiga pengetahuan yaitu
teknologi, pedagogi dan isi kandungan. TPACK terdiri dari tiga komponen dasar
pengetahuan yaitu teknologi, pedagogik, dan kandungan yang merupakan pengetahuan
dan pemahaman intuitif pengajaran kandungan dengan kaedah pedagogi dan
teknologi yang sesuai.
E.
LKPD Berbasis TPACK
LKPD berbasis TPACK merupakan LKPD yang
didalamnya berisi rangkaian langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan
yaitu Discovery Learning. Dimana LKPD
disusun sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning dengan terdapat link video pembelajaran terkait
materi sebagai sumber belajar yang berbasis TPACK.
F.
Hasil Belajar
1.
Pengertian Hasil belajar
Menurut Hamalik memberikan pengertian
tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi
tahu.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai
hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar
mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak
mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan
sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan,
penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya
yang menuju pada perubahan positif.
Hasil belajar menunjukkan kemampuan
siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan
dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang.
Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa
dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu
pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.
2.
Indikator dalam Hasil Belajar
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut.
a.
Pengetahuan, mencapai kemampuan
ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b.
Pemahaman, mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, menggunakan prinsip.
d.
Analisis, mencakup kemampuan
merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e.
Sintesis, mencakup kemampuan
membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f.
Evaluasi, mencakup kemampuan
membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di
atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat
melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
(Evaluai) siswa pada materi Sel Elektrokimia yaitu pada Sub pokok Bahasan Sel
Volta dan Korosi.
3.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1995: 26) hasil
belajar yang dicapai dipengaruhi dua faktor utama, yakni: faktor dalam diri
sendiri dan faktor yang datang dari luar diri
atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri terutama
kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan besar sekali pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar yang dicapai. Hasil belajar di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan yang dimiliki dan 30% dipengaruhi oleh faktor dari luar yaitu
faktor lingkungan.
Selain faktor di atas ada faktor-faktor
lain yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto
(2003: 54) dapat dirinci sebagai berikut:
1)
Faktor internal, meliputi:
· Faktor jasmaniah:
terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
·
Faktor fisiologis: terdiri dari
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kedisiplinan.
· Faktor kelelahan:
terdiri dari kelelahan jasmani dan rohani.
2)
Faktor eksternal, meliputi:
·
Faktor keluarga: terdiri dari cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan talar belakang kebudayaannya.
·
Faktor sekolah: terdiri dari model
pembelajaran, media yang digunakan, relasi guru dengan siswa, disiplin siswa,
keadaan gedung dan tugas rumah.
·
Faktor kegiatan masyarakat: terdiri
dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Muhibbinsyah (2002:
139) selain faktor internal dan eksternal, juga terdapat faktor pendekatan
belajar, yaitu “pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu”.
Hal yang dimaksud adalah penggunaan
model dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembimbingan
belajar, model pembelajaran inovatif seperti Discovery Learning yang dipadukan dengan media pembelajaran berupa
LKPD yang berbasis TPACK dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dimana
peserta didik menjadi aktif dalam mencari sumber belajar terkait materi yang
sedang dipelajari.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Apriani (2018) dan Asmaniza dengan menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
G. Materi
1.
Penerapan Sel Volta
Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, arus
listrik sangat diperlukan. Namun, tentu saja tidak bisa selalu bergantung
terhadap listrik yang dari sumber pembangkit. Tidak mungkin kita selalu
menyalakan benda elektronik dengan menyambungkan kabel ke sumber listrik. Ada
kalanya kita butuh menggunakan benda elektronik tanpa menyambungkan kabel. Maka
terciptalah baterai. Baterai itu ternyata salah satu kegunaan dari sel volta.
1.
Baterai Biasa
Baterai ini sering digunakan dan
sering disebut dengan sel kering atau sel Lecanche.
Kenapa dikatakan sel kering? Karena penggunaan air di baterai ini sangat
dibatasi.
Sel tersebut terdiri atas:
Anode : logam seng (Zn) yang dipakai untuk wadah. Katode
: Batang karbon (C) yang tidak aktif.
Elektrolit : Campuran MnO2, NH4Cl,
dan sedikit H2O. Reaksinya yaitu:
(aq)
Anode : Zn(s) → Zn2+ + 2e–
4 (aq) 2 3(s) 3(g) 2 (l)
Katode : 2MnO2(s)
+ 2NH + + 2e–
→ Mn O + 2NH +
H O
2.
Baterai Alkaline
Kalau dilihat dari bentuknya, tentu
baterai alkaline mirip dengan baterai biasa. Tapi kalau urusan energi yang
dihasilkan, baterai alkaline menghasilkan dua kali lebih besar dibandingkan
baterai biasa. Perbedaan dasarnya hanya katode dan elektrolit yang digunakan.
Sel tersebut terdiri atas:
Anode : logam seng (Zn) yang dipakai untuk wadah.
Katode : Oksida mangan (MnO2). Elektrolit :
Kalium Hidroksida (KOH). Reaksinya yaitu:
(aq)
Anode : Zn(s) → Zn2+ + 2e–
Katode
: 2MnO2(s) + H2O(l) → Mn2O3(s)
+ 2OH–
Ion
Zn2+ bereaksi dengan OH– membentuk Zn(OH)2.
3.
Baterai Perak Oksida
Anode yang digunakan pada baterai
perak oksida sama dengan yang digunakan pada baterai biasa dan baterai
alkaline. Susunan baterai perak oksida yaitu Zn sebagai anode, Ag2O
sebagai katode, dan KOH sebagai elektrolit.
Reaksinya sebagai berikut:
Anode : Zn + 2OH– → Zn(OH)2 + 2e–
Katode : Ag2O + H2O + 2e– → 2Ag + 2OH–
Reaksi
Sel : Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l)
→ Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)
Baterai perak oksida memiliki
potensial sel sebesar 1,5 volt dan mampu bertahan dalam waktu yang lama.
Kegunaan baterai jenis ini adalah untuk arloji, kalkulator, dan berbagai jenis
peralatan elektrolit lainnya.
4.
Sel Aki
Sel Aki merupakan contoh sel volta
bersifat reversibel. Apa itu reversibel? Yaitu hasil reaksi dapat diubah
menjadi zat semula, biasa disebut reaksi bolak-balik. Pada sel aki ini, ada
istilah isi ulang. Jadi kalau energinya lemah bisa diisi ulang.
Sel aki terdiri atas:
Anode : Lempeng logam tumbal (Pb).
Katode : Lempeng logam oksida timbal (PbO2).
Elektrolit : Larutan asam sulfat (H2SO4) encer.
Reaksinya yaitu:
Anode : Pb(s) + H2SO4(aq)
→ PbSO4(s) + H+(aq) + 2e–
4
(aq) 4 (aq) (aq) 4(aq) 2
Katode : PbO2(s)
+ SO 2- + 3H+ + 2e– → PbSO + 2H O Reaksi : Pb(s) + PbO2(s)
+ 2SO 2- + 2H+(aq)
→ 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Pada saat sel aki menghasilkan arus
listrik maka anode Pb dan katode PbO2 akan berubah membentuk PbSO4.
Ion H+ dari H2SO4 berubah menjadi H2O
sehingga konsentrasi H2SO4 berkurang. Sel
aki dapat diisi/disetrum kembali
sehingga konsentrasi H2SO4
kembali seperti semula.
5.
Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar merupakan sel yang
menggunakan bahan bakar campuran hidrogen dengan oksigen atau campuran gas alam
dengan oksigen. Bahan bakar (pereaksi) tersebut dialirkan secara terus menerus.
Gas oksigen dialirkan ke katode melalui suatu bahan berpori yang menjadi
katalis reaksi dan gas hidrogen dialirkan ke anode.
Reaksinya sebagai berikut:
Anode : 2H2 + 4OH– → 4H2O
+ 4e–
Katode
: O2 + 2H2O + 4e– → 4OH– + 2H2
+ O2
2.
Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu
logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya (misal air dan udara)
dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Proses timbulnya karat (dalam
sains dikenal dengan istilah korosi) berawal dari adanya interaksi antara suatu
logam dengan air dan oksigen. Interaksi ini menghasilkan zat baru yang disebut
dengan karat.
3.
Proses Terjadinya Korosi
Korosi atau pengkaratan merupakan
fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang
pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan
terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Pada besi tersebut ada yang menjadi
anode dan ada yang menjadi katode. Besi memiliki permukaan yang tidak halus
akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat perbedaan tegangan permukaan
yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi dari daerah
lainnya. Elektron-elektron pada besi sangat mudah melepaskan diri (keluar dari
logamnya), sementara elektron-elektron pada emas lebih senang berada di dalam
logam. Itulah mengapa, ketika besi bertemu dengan air dan oksigen, elektron
besi akan mudah terlepas dan bereaksi membentuk karat.
Mekanisme
korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) adalah sebagai berikut:
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil
sementara yang dapat teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri
hidroksida [Fe(OH)3]. Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi
[Fe2O3] yang berwarna merah kecoklatan yang biasa kita sebut karat
4.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korosi
a.
Dilihat dari reaksi yang terjadi
pada proses korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak mengandung uap air akan
mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b.
Elektrolit (asam atau garam)
merupakan media yang baik untuk terjadinya transfer muatan. Hal ini
mengakibatkan elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung
asam, sedangkan air laut banyak
mengandung garam. Oleh karena itu air hujan dan air laut
merupakan penyebab korosi yang utama.
c.
Permukaan logam yang tidak rata
memudahkan terjadinya kutubkutub muatan yang akhirnya akan berperan sebagai
anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi
sulit terjadi, sebab kutubkutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode
sulit terbentuk.
d.
Jika dua logam yang berbeda
potensial bersinggungan pada lingkungan berair atau lembab, dapat terbentuk sel
elektrokimia secara langsung. Logam yang potensialnya lebih rendah akan segera
melepaskan elektron ketika bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih
tinggi, serta akan mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara. Hal tersebut
mengakibatkan korosi lebih cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah,
sedangkan logam yang potensialnya tinggi justru lebih awet. Sebagai contoh,
paku keling yang terbuat dari tembaga untuk menyambung besi akan menyebabkan
besi di sekitar paku keling tersebut berkarat lebih cepat.
5. Faktor-Faktor Pencegah Terjadinya Korosi
a.
Perlindungan Katodik (Proteksi
Katodik) Logam yang dilindungi dari korosi diposisikan sebagai katode, kemudian
dihubungkan dengan logam lain yang lebih mudah teroksidasi (memiliki Eo lebih
negatif dari logam yang dilindungi). Misalnya pipa besi dalam tanah dihubungkan
dengan logam Mg. Logam Mg sengaja dikorbankan agar teroksidasi tetapi pipa besi
tidak teroksidasi.
b.
Pelapisan dengan logam-logam lain
(Galvanasi) Logam yang biasa digunakan yaitu magnesium, alumunium, seng, dan
krom. Logam-logam pelapis akan melindungi besi dari korosi
c.
Menggunakan lapisan pelindung untuk
mencegah kontak langsung dengan H2O dan O2. Contoh lapisan pelindung yang dapat
digunakan, antara lain lapisan cat, lapisan oli dan gemuk, lapisan plastik, dan
pelapisan logam lain, seperti Sn, Zn, dan Cr. Pada pelapisan cat dan pelapisan
plastik, bila cat tergores/terkelupas atau plastik terkelupas, korosi akan
mulai terjadi bagian yang terpapar dengan udara tersebut. Pada pelapisan dengan
oli dan gemuk, perlu dilakukan pengolesan secara berkala.
d.
Membuat Alloy atau Panduan Logam
Alloy adalah campuran logam dengan logam lain sehingga menghasilkan campuran
logam yang lebih kuat dan tahan karat, misalnya besi dicampur dengan logam Ni
dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19% Cr, 9% Ni)
6.
Sel Elektrolisis
1.
Definisi Elektrolisis
Elektrolisis merupakan kebalikan dari
sel volta, dimana arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks yg tak spontan. Reaksi elektrolisis adalah
reaksi yg terjadi ketika listrik dialirkan melalui elektrolit (peruraian yg disebabkan arus listrik). Karena
memerlukan arus listrik dari luar, maka sel elektrolisis lebih sederhana, tidak
memerlukan jembatan garam dan cukup dalam satu wadah. Jadi komponen utamanya
adalah elektroda (katoda dan anoda), larutan atau lelehan elektrolit dan sumber
arus searah.
2. Jenis-jenis Elektrolisis
Berikut ini
adalah jenis sel elektrolisisi antara lain sebagai berikut:
1.
Sel Elektrolisis
Lelehan/Leburan
Sel
elektrolisis ini merupakan sistem elektrolisis dengan elektrolit berupa hasil
lelehan atau leburan suatu zat tanpa adanya pelarut air.
Dalam jenis elektrolit ini hanya terdapat kation dan anion
tanpa adanya molekul H2O. Dalam jenis elektrolisis ini, kation akan
direduksi dalam katoda sedangkan anion akan dioksidasi dalam anoda secara
langsung. Contoh dari jenis elektrolisis ini adalah dengan menggunakan lelehan
NaCl.
2.
Sel Elektrolisis
Larutan
Elektrolisis jenis ini merupakan lawan dari jenis
sebelumnya dimana elektrolit yang digunakan berupa larutan dengan pelarut air.
Hal itu berarti dalam elektrolit terdapat anion, kation, dan juga molekul H2O
sehingga keberadaan air juga akan diperhitungkan karena dapat terjadi
persaingan ketika reaksi berlangsung.
3. Reaksi Sel Elektrolisis
1.
Bagan Reaksi Sel
Elektrolisis
2.
Contoh Penentuan Reaksi Sel Elektrolisis Tulislah reaksi elektrolisis berikut.
elektrolisis lelehan CaCl2 dengan elektrode
platina
Jawab:
CaCl2(l)
→ Ca2+(l) + 2Cl−(l)
Pada elektrolisis lelehan senyawa ionik CaCl2
dengan elektrode platina (termasuk elektrode inert), kation Ca2+
akan tereduksi di katode dan anion Cl− akan teroksidasi di anode.
Katode : Ca2+(l) +
2e− → Ca(s) Anode :
2Cl−(l) → Cl2(g) + 2e−
Reaksi sel : Ca2+(l)
+ 2Cl−(l) → Ca(s) + Cl2(g)
H. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah “Penerapan
Model Discovery Learning Berbantuan
LKPD Berbasis TPACK Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Sel Elektrokimia Pada
Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lambitu”.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama (Suharsimi dkk, 2009). Seperti namanya penelitian ini diterapkan
dikelas guna untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi dikelas, yang
diperbaiki disini adalah cara mengajar guru dan cara belajar siswa sewaktu
pembelajaran berlangsung.
B. Subjek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian ini sesuai dengan prinsip
bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya, maka subjek penelitian tindakan
kelas harus berupa sesuatu yang aktif dapat dikenai aktivitas. Subjek
Penelitian ini adalah Seluruh Siswa Kelas XII MIA 1 Tahun Pelajaran 2020/2021.
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.
Tempat penelitian
Tempat
penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lambitu Kabupaten Bima
2.
Waktu penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada semester ganjil Tahun ajaran 2020/2021.
C. Variable Penelitian
a)
Variable Harapan
Yang
menjadi variable harapan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa.
b)
Variable Tindakan
Yang
menjadi variable tindakan dalam penelitian ini adalah Model Discovery Learning Berbantuan LKPD
berbasis TPACK
D. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini direncanakan akan
dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang
berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui
yaitu (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Pengamatan (Observasi) (4) Refleksi
(Suharsimi dkk, 2010).
Tabel 3.1. Materi Pembelajaran siklus I dan II
Materi Pembelajaran
siklus I |
Penerapan Sel Volta dalam Kehidupan Sehari-hari |
Materi Pembelajaran
siklus II |
Korosi |
Materi Pembelajaran
siklus III |
Sel Elektrolisis |
Adapun uraian dari masing-masing tahapan siklus yang akan
dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a)
Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a.
Menyusun perangkat pembelajaran
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan
diajarkan pada siklus I yaitu
kesetimbangan dinamis dan tetapan kesetimbangan. RPP
disusun oleh peneliti sendiri dengan mendapat pertimbangan dari dosen
pembimbing dan guru pamong.
b.
Menyususn instrumen pembelajaran yang terdiri dari:
Lembar observasi
kegiatan siswa
Lembar observasi
kegiatan guru
Soal tes hasil belajar
c.
Menyiapkan media pembelajaran berupa LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik).
2.
Pelaksanaan
Pada
pelaksanaan ini, peneliti akan melaksanakan semua perencanaan akan diterapkan
yaitu:
a.
Melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan yang tertera pada RPP.
b.
Melaksanakan observasi terhadap proses belajar mengajar.
c.
Melaksanakan evaluasi hasil belajar.
3.
Observasi
Tahap ini
dilaksanakan dari awal hingga akhir pembelajaran yaitu:
a.
observasi segala aktivitas yang
terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas siswa maupun
guru dibantu oleh observer.
b.
Evaluasi hasil belajar menggunakan tes hasil belajar.
4.
Refleksi
Tahap
ini dilakukan melaui diskusi dengan tim yaitu guru model dan guru observer:
1.
Mengolah data hasil observasi kegiatan belajar dan mengajar.
2.
Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran sebelumnya
berdasarkan analisis data yang dilakukan bersama dengan tim peneliti.
3.
Menentukan solusi perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran siklus berikutnya.
b)
Siklus II
Langkah-langkah pada siklus II sama dengan langkah-langkah
pada siklus I, tetapi yang membedakannya adalah pada siklus II materinya korosi
dan dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I. Dan siklus ini akan
berakhir apabila indikator keberhasilan telah terpenuhi.
c)
Siklus III
Langkah-langkah pada siklus III sama dengan langkah-langkah
pada siklus I dan II, tetapi yang membedakannya adalah pada siklus III materinya
Sel Elektrolisis dan dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I dan
II. Dan siklus ini akan berakhir apabila indikator keberhasilan telah maksimal.
F. Pengumpulan Data
a)
Data tentang aktivitas siswa dan guru dikumpulkan
melalui lembar observasi.
b)
Data tentang hasil belajar
dikumpulkan melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada tiap siklus.
G. Analisis Data
a)
Data aktivitas siswa dan guru
1.
Data Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui meningkatnya aktivitas belajar siswa,
peneliti menganalisis secara deskriptif kualiatif, indikator tentang aktivitas
belajar siswa yang dinilai ada enam indikator.
Setiap indikator memiliki tiga deskriptor, adapun skor untuk
setiap
deskriptor aktivitas siswa pada penelitian ini mengikuti aturan sebagai berikut
:
a.
Skor 4 diberikan jika 75%< X ≤
100% (10 – 12 siswa) melakukan deskriptor yang
dimaksud.
b.
Skor 3 diberikan jika 50%< X ≤
75% (7 – 9 siswa) melakukan deskriptor yang dimaksud.
c.
Skor 2 diberikan jika 25%< X ≤
50% (4 – 6 siswa) melakukan deskriptor yang dimaksud.
d.
Skor1: diberikan jika 0% < X ≤
25% (0 – 3 siswa) melakukan deskriptor yang dimaksud.
Untuk rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran dicari dengan
cara membagi Jumlah skor deskriptor aktivitas belajar siswa dengan jumlah
seluruh deskriptor sehingga akan diperoleh skor minimal aktivitas belajar siswa
adalah 6 dan skor maksimal aktivitas siswa adalah 24, sehingga interval
aktivitas berada diantara 6 dan 24. Analisis data aktivitas belajar siswa
dengan menggunakan MI (Mean Ideal) dan
SDI (Standart Deviasi Ideal), oleh
karena itu diperoleh MI dan SDI sebagai berikut :
Sehingga diperoleh :
Tabel
3.2 Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa
Interval |
Nilai |
Kategori |
As
≥ MI + 1,5 SDI |
As
≥ 23 |
Sangat
Aktif |
MI
+ 0,5 SDI ≤ As <MI + 1,5 SDI |
18
≤ As <23 |
Aktif |
MI
– 0,5 SDI ≤ As <MI + 0,5 SDI |
13
≤ As < 18 |
Cukup
Aktif |
MI
– 1,5 SDI ≤ As < MI – 0,5SDI |
8
≤ As < 13 |
Kurang
Aktif |
As
< MI – 1,5 SDI |
As <8 |
Tidak
Akti |
Sumber :
Nurkancana (1990)
2.
Data Aktivitas Guru
Penilaian terhadap aktivitas guru dilakukan melalui
observasi langsung yakni seorang guru yang sedang mengajar diobservasi langsung
oleh observer (pengamat) dan observer berada bersama-sama guru dan siswa di
dalam kelas. Sedangkan mengenai aktivitas guru diambil menggunakan lembar
observasi berupa activity check list yang
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pengisian lembar observasi aktivitas guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Ya : diberikan jika aktivitas deskriptor
dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
Tidak : diberikan jika aktivitas
deskriptor tidak dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran
Skor untuk setiap indikator aktivitas guru pada penelitian
ini mengikuti aturan sebagai berikut:
a.
Jika ada 3 deskriptor yang nampak diberi skor 4
b.
Jika ada 2 deskriptor yang nampak diberi skor 3
c.
Jika ada 1 deskriptor yang nampak diberi skor 2
d.
Jika tidak ada deskriptor yang nampak diberi skor 1
Untuk menentukan rata-rata aktivitas guru data observasi berupa
skor diolah dengan cara menjumlahkan skor indikator aktivitas guru sehingga
akan diperoleh skor minimal aktivitas guru adalah 4 dan skor maksimal aktivitas
siswa adalah 20. Dari perhitungan tersebut didapatkan interval aktivitas berada
diantara 4 dan 20. Analisis data aktivitas guru dengan menggunakan MI (Mean Ideal) dan SDI (Standart Deviasi Ideal), oleh karena itu
diperoleh MI dan SDI sebagai berikut :
Sehingga diperoleh :
Tabel 3.3 Pedoman skor standar
aktivitas Guru
Interval |
Nilai |
Kategori |
Ag
≥ MI + 1,5 SDI |
As
≥ 18 |
Sangat
Aktif |
MI + 0,5 SDI ≤ Ag <MI + 1,5 SDI |
14
≤ As <18 |
Aktif |
MI – 0,5 SDI ≤ Ag <MI + 0,5 SDI |
10
≤ As < 14 |
Cukup
Aktif |
MI – 1,5 SDI ≤ Ag < MI – 0,5SDI |
6
≤ As < 10 |
Kurang
Aktif |
Ag
< MI – 1,5 SDI |
As <6 |
Tidak
Akti |
Sumber :
Nurkancana (1990)
b)
Data hasil belajar
Data hasil belajar dianalisis dengan mencari nilai rata-rata
hasil tes, ketuntasan belajar siswa baik perorangan maupun klasikal. dan data
tersebut dianalisis secara kuantitatif. Untuk mencari nilai rata-rata tes
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
M = Mean (rata-rata)
Xi = Jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa n = Banyaknya siswa
Ketuntasan belajar siswa ada yang bersifat ketuntasan individu
dan ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu yakni dimana siswa dikatakan
tuntas secara individu apabila siswa tersebut mendapatkan nilai ≥ KKM. Dan KKM
disekolah tempat peneliti meneliti adalah 75. Sedangkan ketuntasan klasikal
adalah ketuntasan belajar siswa secara menyeluruh didalam kelas. Ketuntasan
klasikal diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
KK : Ketuntasan klasikal
K
: Jumlah siswa yang tuntas Z : Jumlah
seluruh siswa.
H. Indikator Kinerja
Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa dikatakan
meningkat/berhasil apabila nilai rata-rata siswa meningkat dan ketuntasan
klasikalnya 75
% .
BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2020. Penelitian
ini masih dalam siklus 1. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui observasi data
aktivitas guru dan siswa. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil
evaluasi (post test) pada tiap-tiap siklus.
Adapun data hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :
1) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa diamati berdasarkan indikator dan
deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi seperti yang telah dirancang
sebelumnya. Data skor rata-rata observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada
siklus 1 adalah sebesar 19,2. Skor rata- rata tersebut termasuk aktivitas
belajar siswa dalam kategori aktif.
Tabel 4.1 Rata- Rata Skor Aktivitas
Belajar Siswa
Aktivitas
Belajar Siswa |
Siklus
I |
Siklus
II |
Siklus
III |
Rata-rata
skor |
19,2 |
20,4 |
20,6 |
Kategori |
Aktif |
Aktif |
Aktif |
2) Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran diamati
berdasarkan indikator dan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi
seperti yang telah dirancang sebelumnya. Data observasi guru yang diperoleh
pada siklus 1 adalah jumlah skor aktivitas guru sebesar 18 dari observer 1 dan
18 dari observer 2 sehingga diperoleh
rata-rata skor aktivitas guru sebesar 18. Skor rata-rata
tersebut termasuk aktivitas guru dalam kategori aktif.
Data aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Skor Aktivitas
Guru
Aktivitas
Guru |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
Jumlah
skor |
18 |
19,5 |
20 |
Kategori |
Aktif |
Sangat Aktif |
Sangat aktif |
3) Data Hasil Belajar
Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang
dilakukan pada akhir tiap- tiap siklus. Tes hasil belajar dilakukan untuk
mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar baik individual maupun klasikal. Pada
siklus 1 diperoleh data hasil belajar dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah
40, nilai rata-rata 64,4 dan ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus 1 ini
ketuntasan klasikal tidak tercapai karena kurang dari 75% siswa yang
mencapai/melampaui KKM. Rekapitulasi data hasil belajar siswa dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Nilai |
Siklus
I |
Siklus
II |
Siklus
III |
Tertinggi |
80 |
100 |
100 |
Terendah |
40 |
40 |
60 |
Rata-rata |
64,4 |
81,2 |
84,4 |
Ketuntasan
Klasikal |
50% |
82% |
83,3% |
B.
Pembahasan
1) Siklus 1
Siklus 1 berlangsung selama 2 x 45
menit dalam satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam proses
pembelajaran ini adalah penerapan sel volta dalam kehidupan sehari-hari. Dari
hasil observasi selama siklus I didapatkan rata-rata skor
aktivitas siswa pada pembelajaran adalah 19,2 (Tabel 3.2)
dimana skor tersebut termasuk dalam kategori aktif. Sedangkan aktivitas guru
didapatkan rata-rata skor 18 (Tabel 3.3) dimana skor tersebut termasuk dalam
kategori aktif juga. Untuk hasil belajar didapatkan nilai rata-rata kelas 64,4
dan ketuntasan klasikal 50% (Tabel 4.3). Dari angka ketuntasan tersebut
terlihat bahwa ketuntasan klasikal belum tercapai karena masih kurang dari 75%
siswa yang mencapai ketuntasan secara individual. Hal tersebut merupakan dampak
dari aktivitas siswa dan guru pada proses pembelajaran. Walaupun aktivitas dari
siswa dan guru termasuk dalam kategori aktif, namun ada beberapa hal yang
menjadi temuan dalam kegiatan refleksi pembelajaran pada siklus 1 yang memerlukan perbaikan untuk diterapkan
pada siklus berikutnya.
Adapun temuan-temuan dalam kegiatan
refleksi proses pembelajaran tersebut dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 : Refleksi Proses
Pembelajaran Siklus 1
Temuan |
Penyebab |
Solusi |
Siswa
kurang berani dalam mengajukan pertanyaan kepada guru |
Siswa
merasa malu |
Guru
memberi arahan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya dan
menyampaikan kesulitannya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. |
Siswa
masih sangat bergantung pada bimbingan guru dalam menyelesaikan tugas dalam
LKS. |
Siswa
kurang dalam membaca uraian materi yang dicantumkan dalam LKPD dan link
pendukung terkait materi. |
Guru
mengarahkan dan memotivasi siswa agar selalu membaca terlebih dahulu sebelum
menanyakannya kepada guru |
Siswa
kesulitan dalam menyimpulkan materi yang sudah selesai dibahas |
Siswa
kurang memperhatikan pada saat sedang berdiskusi dengan kelompoknya |
Guru
membantu siswa yang masih kesulitan dalam menyimpulkan materi yang sudah
dibahas. |
Guru
tidak menyampaikan manfaat pembelajaran. |
Guru
fokus menyampaikan materi pokok yang akan dibahas |
Guru
akan menyampaikan manfaat pembelajaran pada siklus berikutnya |
2) Siklus 2
Siklus 2 berlangsung selama 2 x 45
menit dalam satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam proses
pembelajaran ini adalah korosi. Berdasarkan temuan- temuan pada kegiatan
refleksi siklus 1, maka pada siklus 2 dilakukan perbaikan- perbaikan sesuai
dengan solusi yang telah disepakati pada saat refleksi (Tabel 4.4). Dari hasil
observasi selama siklus 2 didapatkan rata-rata skor aktivitas siswa pada
pembelajaran adalah 20,4 (Tabel 4.1) dimana skor tersebut termasuk dalam kategori
aktif (Tabel 3.2). Dari data pada tabel 4.1 terlihat terjadi peningkatan skor
yang cukup signifikan dari siklus 1 yang menandakan aktivitas siswa mengalami
peningkatan walaupun memiliki kategori yang sama yaitu aktif.
Sedangkan dari hasil observasi untuk
aktivitas guru didapatkan rata-rata skor 19,5 (Tabel 4.2) dimana skor tersebut
termasuk dalam kategori sangat aktif (Table 3.3). Seperti halnya aktivitas
siswa, aktivitas guru juga mengalami peningkatan skor yaitu dari 18 menjadi
19,5 dengan predikat aktif pada siklus 1 menjadi predikat sangat aktif pada
siklus 2.
Analisis untuk hasil belajar siswa pada
siklus 2 didapatkan nilai rata-rata kelas meningkat dari sebelumnya 64,4
menjadi 81,2 (Tabel 4.3). Sedangkan untuk ketuntasan klasikal pada siklus 2 ini
mencapai 81, 2% (Table 4.3). Dari angka ketuntasan tersebut terlihat bahwa
ketuntasan klasikal sudah tercapai lebih dari 75% siswa yang mencapai
ketuntasan secara individual dengan kata lain indikator kriteria keberhasilan
tindakan dalam penelitian ini telah dapat dicapai pada siklus 2.
Adapun temuan-temuan dalam kegiatan
refleksi proses pembelajaran tersebut dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel
4.5 : Refleksi Proses Pembelajaran Siklus 2
Temuan |
Penyebab |
Solusi |
Siswa
kurang berani dalam mengajukan pertanyaan kepada guru |
Siswa merasa malu |
Guru
memberi arahan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya dan
menyampaikan kesulitannya dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. |
Guru
masih belum memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah terkait materi
yang diajarkan pada kegiatan tersebut |
Guru
fokus menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya |
Guru
akan memberikan tindak lanjut pada siklus berikutnya |
3) Siklus 3
Siklus 3 berlangsung selama 2 x 45
menit dalam satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam proses
pembelajaran ini adalah Sel Elektrolisis. Berdasarkan temuan-temuan pada
kegiatan refleksi siklus 2, maka pada siklus 3 dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai
dengan solusi yang telah disepakati pada saat refleksi (Tabel 4.5). Dari hasil
observasi selama siklus 3 didapatkan rata-rata skor aktivitas siswa pada
pembelajaran adalah 20,6 (Tabel 4.1) dimana skor tersebut termasuk dalam
kategori aktif (Tabel 3.2). Dari data pada tabel 4.1 terlihat terjadi
peningkatan skor yang cukup signifikan dari siklus 1 yang menandakan aktivitas
siswa mengalami peningkatan walaupun memiliki kategori yang sama yaitu aktif.
Sedangkan dari hasil observasi untuk
aktivitas guru didapatkan rata-rata skor 20 (Tabel 4.2) dimana skor tersebut
termasuk dalam kategori sangat aktif (Table 3.3). Seperti halnya aktivitas
siswa, aktivitas guru juga mengalami peningkatan skor yaitu dari 19,5 menjadi
20 dengan predikat sangat aktif pada siklus 3.
Analisis untuk hasil belajar siswa pada
siklus 3 didapatkan nilai rata-rata kelas meningkat dari sebelumnya 81,2
menjadi 84,4 (Tabel 4.3). Sedangkan untuk
ketuntasan klasikal pada siklus 3 ini mencapai 83,3% (Table
4.3). Dari angka ketuntasan tersebut terlihat bahwa ketuntasan klasikal sudah
tercapai lebih dari 75% siswa yang mencapai ketuntasan secara individual dengan
kata lain indikator kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini telah
dapat dicapai dan mengalami peningkatan pada siklus 3.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa “Penerapan Model Discovery
Learning Berbantuan LKPD Berbasis TPACK Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Sel Elektrokimia Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lambitu”.
B.
Saran
Disarankan agar guru hendaknya mampu
memilih model pembelajaran yang tepat yang dapat mempermudah siswa dalam
memahami materi pelajaran khususnya Kimia serta mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan hubungan timbal balik antara guru dan siswa dengan
memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
berpusat pada siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suhairimi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad,
Azhar . (1996). Media Pembelajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Dewi,
Ella Rusviana. 2013. Discovery Learning. Jember: Univ. Jember.
Hamalik,Oemar.2011.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara Permana, Irvan. (2009). Memahami Kimia. Jakarta: PT. Intan Pariwira.
Rusman. (2010).
Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Suharsimi,dkk. 2009.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara Sukhmadinata,Syaodih Nana.2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sugiyanto,H.,
2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Yuma Pustaka Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Bumi Alfa Beta
Syaifuddin, “Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik(LKPD) Berbasis Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dan Self-Efficacy Matematis”, (Tesis Program Studi Magister Pendidikan
Matematika, Universitas Lampung, Lampung 2017).
Umiyati, Nurhalimah.
2016. Kimia kelas XII uantuk SMA/MA Edisi Revisi. Surakarta:
Mediatama
http://blog.ruangguru.com/ pengertian_korosi_dan
faktor_penyebabnya. Tanggal diakses 25 September 2020
http:// Akbar artikel.akbar. blogspot.com/2017/06/
pengertian_korosi_dan_ mekanisme_ korosi.html. Tanggal diakses 25 September
2020
https://zenithtaciaibanez. files.wordpress.com/2015/ 04/cor.jpg.
Tanggal di akses 25 September 2020
https://jempolkimia.com/2018/11/29/korosi/Tanggal diakses 26
September 2020
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) DARING ( SIKLUS 1)
Nama Sekolah |
: SMA Negeri 1 Lambitu |
Materi Pokok |
: Elektrokimia |
Mata Pelajaran |
: Kimia |
Sub Pokok Materi |
: Sel Volta |
Kelas/Semester |
: XII/Ganjil |
Alokasi Waktu |
: 2 JP (2 x 45 menit) |
A.
KOMPETENSI DASAR DAN
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)
Kompetensi
Dasar |
Indikator
Pencampaian Kompetensi (IPK) |
3.2 Menganalisis
proses yang terjadi dalam sel Volta dan menjelaskan kegunaannya |
3.2.1
Membedakan pengaplikasian
sel volta primer dan sel volta sekunder
dalam kehidupan sehari-hari 3.2.2
Menganalisis penerapan
sel volta dalam kehidupan sehari-hari |
4.2 Merancang sel Volta
dengan mengunakan bahan di sekitar |
4.2.1
Membuat rancangan baterai
buah dengan menerapkan konsep sel
volta 4.2.2
Merancang prosedur
pembuatan sumber energi alternatif
menggunakan bahan ramah lingkungan |
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui model
pembelajaran Discovery learning dengan
menggali informasi dari tayangan video contoh aplikasi sel volta pada kehidupan
sehari-hari diharapkan peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
memiliki sikap ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan dan bertanggung
jawab dalam menjawab pertanyaan untuk membedakan pengaplikasian sel volta
primer dan sel volta sekunder dalam kehidupan sehari-hari , serta menganalisis
penerapan sel volta dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
C.
MODEL DAN SUMBER BELAJAR
Model : Discovery Learning
Media : LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik), PPT dan Hp
Sumber Belajar :
Umiyati, Nurhalimah. 2016. Kimia Kelas XII SMA/MA Edisi Revisi. Surakarta:
Mediatama dan Video Pembelajaran Kimia.
D. PROSES PEMBELAJARAN (Dilakukan menggunakan aplikasi
whatsapp baik video call maupun chat
grup)
Kegiatan |
Langkah- langkah |
Deskripsi
Kegiatan |
Waktu |
|
Pendahuluan |
Dilakukan melalui
aplikasi whatsapp (Video Call) 1. Guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
kepada seluruh peserta didik. 2.
Guru menanyakan kabar dan mengajak berdo’a bersama sebelum pembelajaran dimulai. 3.
Guru mengabsensi peserta
didik dari tiap kelompok belajar yang
sudah dibagikan sebelumnya. 4. Guru
mengingatkan peserta didik untuk tetap memakai masker dan menjaga jarak pada
saat melakukan kegiatan pembelajaran. 5.
Guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari . 6. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada seluruh
peserta didik agar semangat dan fokus
dalam mengikuti pembelajaran daring (online) 7.
Guru mengingatkan kembali
yang telah dipelajari sebelumnya
tentang anoda dan katoda pada sel volta, dan cara menghitung potensial sel. 8.
Guru memberitahu siswa
untuk melanjutkan kegiatan yang akan
di share di grup whatsapp. |
15 menit |
||
Inti |
Stimulation (stimulasi/Pember ian
rangsangan) |
1.
Guru memfasilitasi
peserta didik dengan mengirimkan PPT gambar mengenai contoh aplikasi sel
volta dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Guru mengirimkan LKPD
pada tiap kelompok. |
60 menit |
|
Problem
statemen (pernyataan
/ identifikasi
masalah) |
Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang didapatkan dari pengamatan
tersebut. (Critical Thinking) |
|||
Kegiatan |
Langkah- langkah |
Deskripsi
Kegiatan |
Waktu |
|
|
Data
collection (pengumpulan data) |
Peserta
didik diminta untuk mengumpulkan semua informasi dari tayangan dan sumber
belajar lainnya yang relevan mengenai penerapan sel volta. |
|
|
|
Data processing (pengolahan Data) |
Pada tahap ini peserta didik dalam
kelompoknya berdiskusi untuk mengolah data dan menjawab pertanyaan yang ada
pada LKPD. (Collaboration) |
||
Verification (pembuktian) |
1. Guru
memberikan penguatan mengenai konsep-konsep yang dipelajari dengan
menampilkan video pembelajaran terkait materi
pada link https://youtu.be/i0UfLuU1tyo 2.
Peserta didik
dipersilahkan untuk bertanya kepada guru
tentang apa yang tidak dipahami agar tidak terjadi kesalahan konsep
melalui aplikasi grup Whatsaap. (Communication) |
|||
Generalization (menarik
kesimpulan/gener alisasi) |
Guru
mempersilahkan peserta didik untuk menganalisis kembali jawaban yang sudah
didiskusikan dan menuliskan kesimpulan pada LKPD. (creativity and innovation) |
|||
Penutup |
Dilakukan melalui
aplikasi whatsapp (video call) 1. Guru
meminta salah satu peserta didik untuk merefleksi
pembelajaran. 2.
Guru meminta peserta
didik mengumpulkan LKPD melalui
aplikasi Whatsapp 3. Guru
meminta peserta didik untuk mengisi evaluasi
pembelajaran untuk mengukur bagaimana kemampuan peserta didik dalam
memahami materi dengan mengerjakan soal pilihan ganda pada link https://forms.gle/x5zuavSuvB48KGqy5 4. Guru
menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari berikutnya. 5.
Guru mengakhiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam. |
15 menit |
||
E.
PENILAIAN HASIL BELAJAR
No. |
Aspek |
Teknik |
Bentuk
Instrumen |
1. |
Sikap |
- Observasi
saat kegiatan daring |
- Lembar
observasi |
2. |
Pengetahuan |
- Tes tertulis |
- Soal
Pilihan Ganda |
3. |
Ketrampilan |
- Penilaian
unjuk Kerja |
- Rubrik Penilaian |
Lambitu, 24 September 2020
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran,
Drs. Arifuddin, H.MS Ariyuni
Adinda, S.Pd
NIP. 196412231991031008 NIP. –
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 LAMBITU
Alamat: Jln. Lintas Kuta-Lambitu Telp. 085239769555- Email.sman1lambitu052@gmail.com
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pokok :
Elektrokimia Sub Pokok Materi :
Sel Volta
Alokasi Waktu : 2 JP (2 x
45 menit)
PETUNJUK BELAJAR
1.
Bacalah dengan seksama petunjuk
dan bahan diskusi pada Lembar Kegiatan Peserta Didik berikut.
2. Lembar
Kegiatan Peserta Didik ini akan membantu Anda dalam memahami materi ini.
3. Agar
dapat menyelesaikan masalah-masalah dibawah ini, manfaatkanlah semua
sumber/alat/bahan belajar yang tersedia.
4.
Diskusikan dengan teman Anda mengenai masalah yang diberikan.
5. Pahami
setiap konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran hari ini, tanya dengan
teman jika belum paham, apabila teman-teman juga tidak dapat menjawab, silahkan
tanyakan pada guru.
6.
Ketika
berkumpul
untuk mengerjakan secara kelompok perhatikan protocol kesehatan.
7.
LKPD
Stimulasi / Pemberian Rangsangan
Pernahkah
kalian berpikir Mengapa pada saat kita menggunakan remote TV, channel pada TV
bisa terganti ??
Apa yang
menyebabkan hal tersebut?? Apakah terdapat aliran listrik ??
Perkembangan elektrokimia dimulai dari
penemuan Galvani pada Tahun 1791 yang secara tak sengaja melihat kaki kodok
yang sudah mati bisa terkejut saat pisau bedahnya menyentuh saraf kaki kodok,
ia berpendapat bahwa efek ini berkaitan dengan sifat-sifat syaraf. Selanjutnya
penemuan Galvani dikembangkan oleh Volta dan membuktikan bahwa teori Galvani
yaitu efek kejutan kaki kodok adalah salah. Secara fakta, efek ini muncul
akibat 2 logam tak sejenis dari pisau bedah galvani. Berdasarkan pendapat ini,
Volta berhasil menciptakan Baterai Volta yang tersusun dari tumpukan logam yang
berbeda yang ditengahnya terdapat cairan elektrolit. Atas jasanya, satuan beda
potensial listrik dinamakan volt. Ironisnya, kedua ilmuan tersebut ternyata
benar, selanjutnya semua alat yang dapat merubah reaksi kimia menjadi energi
listrik dinamakan sel volta atau sel galvani. Dalam kehidupan sehari-hari, arus
listrik yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia dalam sel volta banyak
kegunaannya, seperti untuk radio, kalkulator, televisi, kendaraan bermotor, dan
lain-lain.
Sel Volta dapat dibedakan menjadi sel Volta primer,
sekunder, dan sel bahan bakar. Sel primer adalah sel yang dibentuk dari katode
dan anode yang langsung setimbang ketika menghasilkan arus. Sel sekunder adalah
sel yang dapat diperbaharui dengan cara mengembalikan elektrodenya ke kondisi
awal. Adapun sel bahan bakar adalah sebuah sel yang secara bertahap
menghabiskan pereaksi yang disuplai ke elektrode- elektrode dan secara bertahap
pula membuang produk-produknya.
Identifikasi Masalah
Dari Gambar
yang telah kalian amati sebelumnya, pertanyaan apa yang dapat kalian ajukan
berkaitan dengan sel volta ?
Kalian dapat membuat lebih dari satu pertanyaan. Tuliskanlah
dalam kotak berikut.
Kumpulkan
informasi dan data dari berbagai sumber, baik dari buku paket atau internet
yang berhubungan dengan masalah, kemudian rumuskan jawaban anda dalam bentuk
pernyataan. Kalian bisa mendapatkan info dari link
https://www.youtube.com/watch?v=mQrbCPHdXO0
Tuliskan jawaban anda pada kolom berikut.
Pengolahan Data
Bersama dengan kelompok anda, jawablah
pertanyaan di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan anda dari informasi sumber
belajar lain (buku atau internet)! Klik link https://www.youtube.com/watch?v=mQrbCPHdXO0
1.
Coba kalian sebutkan
contoh dari penerapan sel volta yang dapat kalian temui dalam kehidupan sehari-hari.
Tuliskan jawabanmu pada kolom berikut.
2.
Klakson kendaraan yang
dapat berbunyi menerapkan sel volta pada pengaplikasiannya, coba kalian
kemukakan pendapat kalian proses yang terjadi sehingga klakson pada kendaraan
dapat berbunyi, kaitkan dengan contoh sel volta yang dapat digunakan.
Tuliskan
jawabanmu pada kolom berikut.
3.
Pada penggunaan remote TV, terdapat
baterai yang digunakan untuk menyambungkan remote dengan TV agar TV bisa
menyala, Coba kalian jelaskan sel volta jenis apa yang digunakan pada baterai
untuk remote TV tersebut!
Tuliskan
jawabanmu pada kolom berikut.
Generalization/ Kesimpulan
Tuliskanlah kesimpulan yang anda peroleh dari
pembelajaran pada kolom berikut.
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU (SIKLUS
I)
Petunjuk
pengisian: Berilah tanda () untuk setiap
deskriptor yang tampak! Cara penilaian:
4 : jika
semua (3) deskriptor yang nampak 3 : jika ada 2 deskriptor yang nampak
2
: jika ada 1 deskriptor yang nampak
1 : jika tidak ada deskriptor yang
Nampak
No |
Indikator/Deskriptor |
Tampak |
Nilai |
|
Ya |
tidak |
|||
1 |
Pendahuluan |
|
|
4 |
a. Menyiapkan skenario pembelajaran (SP) |
|
|
||
b. Menyampaikan materi pokok dan tujuan
pembelajaran |
|
|
||
c. Memberikan apersepsi |
|
|
||
2 |
Kejelasan
Penyampaian Materi |
|
|
3 |
a. Menyajikan informasi yang mendukung siswa untuk
merumuskan masalah |
|
|
||
b. Menyajikan materi dalam LKPD yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran |
|
|
||
c. Memberikan link sumber belajar untuk
memantapkan pemahaman materi |
|
|
||
3 |
Pengaturan
kegiatan diskusi kelompok |
|
|
3 |
a. Meminta siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing |
|
|
||
b. Menjelaskan tugas dan batasan waktu kegiatan
diskusi |
|
|
||
c. Membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok |
|
|
||
4 |
Pembahasan
permasalahan |
|
|
4 |
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab permasalahan yang ada melalui diskusi kelompok |
|
|
||
b. Memberikan bimbingan kepada siswa |
|
|
||
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan pada LKPD yang diberikan |
|
|
||
5 |
Menutup
pembelajaran |
|
|
4 |
a. Meminta siswa merangkum pembelajaran yang telah
dilakukan |
|
|
||
b. Memberikan penguatan terkait rangkuman
pembelajaran |
|
|
||
c. Memberikan evaluasi (Post Test) |
|
|
Jumlah skor |
18 |
|
|
Komentar/Saran : Sebaiknya kegiatan menyimpulkan dilakukan dengan
menggunakan video converence sehingga terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. |
|
Observer 1
Nining Indrawati,
S.Pd
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU (SIKLUS
I)
Petunjuk
pengisian: Berilah tanda () untuk setiap
deskriptor yang tampak! Cara penilaian:
4 : jika
semua (3) deskriptor yang nampak 3 : jika ada 2 deskriptor yang nampak
2
: jika ada 1 deskriptor yang nampak
1 : jika tidak ada deskriptor yang
Nampak
No |
Indikator/Deskriptor |
Tampak |
Nilai |
|
Ya |
tidak |
|||
1 |
Pendahuluan |
|
|
4 |
d. Menyiapkan skenario pembelajaran (SP) |
|
|
||
e. Menyampaikan materi pokok dan tujuan
pembelajaran |
|
|
||
f. Memberikan apersepsi |
|
|
||
2 |
Kejelasan
Penyampaian Materi |
|
|
3 |
d. Menyajikan informasi yang mendukung siswa untuk
merumuskan masalah |
|
|
||
e. Menyajikan materi dalam LKPD yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran |
|
|
||
f. Memberikan link sumber belajar untuk
memantapkan pemahaman materi |
|
|
||
3 |
Pengaturan
kegiatan diskusi kelompok |
|
|
3 |
d. Meminta siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing |
|
|
||
e. Menjelaskan tugas dan batasan waktu kegiatan
diskusi |
|
|
||
f. Membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok |
|
|
||
4 |
Pembahasan
permasalahan |
|
|
4 |
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab permasalahan yang ada melalui diskusi kelompok |
|
|
||
e. Memberikan bimbingan kepada siswa |
|
|
||
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan pada LKPD yang diberikan |
|
|
||
5 |
Menutup
pembelajaran |
|
|
4 |
d. Meminta siswa merangkum pembelajaran yang telah
dilakukan |
|
|
||
e. Memberikan penguatan terkait rangkuman
pembelajaran |
|
|
||
f. Memberikan evaluasi (Post Test) |
|
|
Jumlah skor |
18 |
|
|
Komentar/Saran : |
|
Observer
2
Sumarni, S.Pd
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA
(KELOMPOK 1)
Petunkuk
pengisian: berikan tanda ()
untuk skor yang diperoleh tiap descriptor yang tampak
Cara penskoran:
Skor
1 diberikan jika X ≤ 25 %
Skor 2 diberikan jika
25% < X ≤ 50 % Skor 3 diberikan jika 50% < X ≤ 75% Skor 4 diberikan jika
X > 75%
Dimana X = jumlah siswa dalam kelas yang aktif melakukan
kegiatan menurut deskriptor
No |
Indikator/Deskriptor |
Skor |
Rata-rata skor |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
||||
1 |
Kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran |
|
|
|
|
3,3 |
|
|
a. |
Hadir mengikuti pembelajaran online |
|
|
|
|
|
b. |
Menyiapkan kelengkapan belajar |
|
|
|
|
||
c. |
Menunggu guru memulai pembelajaran dengan tenang. |
|
|
|
|
||
2 |
Antusiasme siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran |
|
|
|
|
3,3 |
|
|
a. |
Memperhatikan pelajaran dengan seksama |
|
|
|
|
|
b. |
Tidak
bermain-main dengan temannya yang lain atau mengerjakan pelajaran lain |
|
|
|
|
||
c. |
Tidak
trepengaruh dengan situasi disekitar saat proses belajar berlangsung |
|
|
|
|
||
3 |
Interaksi siswa
dengan guru |
|
|
|
|
2,3 |
|
|
a. |
Siswa mengajukan pertanyaan minimal satu kali
terkait dengan yang dianggapnya kurang jelas |
|
|
|
|
|
b. |
Siswa berusaha menjawab pertanyaan guru dengan
benar |
|
|
|
|
||
c. |
Siswa menkonsultasikan hasil diskusi kelompoknya
kepada guru |
|
|
|
|
||
4 |
Interaksi siswa
dengan siswa |
|
|
|
|
3 |
|
|
a. |
Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti pada siswa lain dalam kelompoknya yang
lebih mampu |
|
|
|
|
|
b. |
Siswa memperhatikan penjelasan temannya |
|
|
|
|
|
c. |
Siswa mencoba memperbaiki kesalahan temannya dalam megerjakan soal |
|
|