EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS MASALAH
DALAM MENINGKATKAN MUTU DAN PENGUASAAN MATERI PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA
KELAS X
SMA NEGERI 1 LAMBITU
OLEH
SRI
MULYATI,S.Pd
DINAS PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SMA NEGERI 1 LAMBITU 2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul “Efektivitas
Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran Biologi Pada Siswa Kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023”, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk Biologikai
dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dBiologikai sebagai perbandingan
dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan
diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih
ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
Yth. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
2.
Yth. Kepala SMA Negeri 1 Lambitu
3.
Yth. Rekan-rekan Guru SMAN 1 Lambitu
4.
Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan
ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.
Penulis
ABSTRAK
Sri Mulyati,2020 Efektivitas
Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran BIOLOGI Pada Siswa Kelas X Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: pelajaran Biologi, kontekstual,
basis masalah
Untuk
bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,melihat, mengajukan
pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa
perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas
yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setian putaran terdiri dari empat tahap
yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran
penelitian ini adalh siswa Siswa Kelas X. Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari
hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (64,00%), siklus II (76,00%), siklus
III (88,00%).
Simpulan
dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual berbasis masalah dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas X, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran
Biologi.
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman
Judul ................................................................................................. i
Halaman
Pengesahan .............................................................................................. ii
Kata
Pengantar ....................................................................................................... iv
Abstrak
.................................................................................................................... v
Daftar
Isi ................................................................................................................ vi
BAB ..... I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C.
Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
D.
Manfaat Penelitian
................................................................... 4
E.
Definisi Operasional Variabel ................................................... 4
F.
Batasan Masalah........................................................................ 5
BAB II
KERANGKA TEORI
A.
Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ............................................ 6
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................. 8
C.
Hakikat BIOLOGI .................................................................. 9
D.
Proses Belajar Mengajar BIOLOGI ...................................... 10
E.
Prestasi Belajar BIOLOGI ...................................................... 12
F.
G.
Pengajaran Berbasis Masalah .................................................. 15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .................................. 25
B.
Rancangan Penelitian
............................................................. 25
C.
Instrumen Penelitian
......................................................... 26
D.
Metode Pengumpulan Data .................................................... 30
E.
Teknik Analisis Data
............................................................. 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Item Butir Soal ......................................................... 33
B.
Analisi Data Penelitian Persiklus ........................................... 35
C.
Pembahasan ............................................................................. 43
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................. 46
B.
Saran ....................................................................................... 47
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 48
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya
manusia
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar
bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar
menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus
menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar akif harus gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan
tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking
aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu
mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan
orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan
sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan
yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut
diatas, maka dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Efektivitas
Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran BiologiI Pada Siswa Kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis
merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
- Bagaimanakah peningkatan prestasi dan penguasaan
materi pelajaran Biologi dengan diterapkannya metode pembelajaran
kontektual model pembelajarn berbasis masalah pada siswa Kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023?
- Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah dalam membantu siswa meningkatkan
pemahaman dan motivasi belajar Biologi pada siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2022/2023?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui bagaimana prestasi, pemahaman dan
penguasaan mata pelajaran Biologi setelah diterapkannya pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah pada siswa Siswa Kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023
- Mengetahui pengaruhnya metode pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam meningkatkan prestasi
dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Biologi setelah diterapkan
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah pada siswa
Kelas X Tahun Pelajaran 2022/2023
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian
tindakan yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model
Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi dan Penguasaan Materi
Pelajaran Biologi Siswa Kelas X”. yang dilakukan
oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas X menggunakan
metode Berbasis Masalah dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka
dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas X akan lebih baik
dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
sebelumnya".
E. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini
diharapkan dapat berguna sebagai:
- Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Biologi
- Sumbangan pemikiran bagi guru dalam proses
belajar-mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Biologi di Siswa
Kelas X Tahun Pelajaran 2019/2020
- Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi
pelajaran Biologi.
F. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul
penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
- Metode pembelajaran konstesktual berbasis masalah:
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pandekatan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran
- Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi
mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
- Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran Biologi.
G. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah yang meliputi:
- Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023
- Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Oktober Tahun Pelajaran 2022/2023
- Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Virus.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Tentang Prestrasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan
tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku
yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari
pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit
ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tideak
dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang yang sedang
mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang
nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan.
Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan
baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman
sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh
seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini
disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan
dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor
yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri.
Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan
belajar yang baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa
itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk
ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar
individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan
yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan
cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan
motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan
bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan
hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada
dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar
dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.
C. Hakikat Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup. Istilah biologi diambil dari bahasa Yunani bios (hidup) dan logos
(ilmu). Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan dan
sifat-sifat makhluk hidup. Dalam bahasa arab ilmu biologi dikenal dengan
istilah ilmu hayat yaitu . Menurut
Djohar dalam Sutarsih proses belajar biologi merupakan perwujudan dari
interaksi subjek ( anak didik ) dengan objek yang terdiri dari benda, kejadian,
proses, dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat
pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam
pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan
interaksi dengan objek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi
dan menemukan konsep.
Pada dasarnya, yang terjadi dalam proses pembelajaran
biologi adalah adanya interaksi antara subjek didik (siswa) yang memiliki
karakteristiknya masing-masing dengan objek (biologi sebagai ilmu) untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk membagun pengetahuan, keterampilan dan
pembentukan nilai-nilai. Siswa sebagai subjek didik tidak menerima begitu saja
pembelajaran biologi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi ada interaksi. antara
siswa, guru, dan objek biologi yang dipelajari. Setiap ilmu memiliki objek,
persoalan dan cara mempelajarinya sehingga membawa konsekuensi logis dalam cara
mengajarkannya. IPA biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan
gejala alam. Secara garis besar, biologi meliputi dua kegiatan utama, yaitu
pengamatan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan proses penalaran untuk
memperoleh konsep-konsep. Belajar biologi adalah suatu kegiatan untuk
mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Biologi sebagai
cabang dari IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Jadi, dapat
dikatakan bahwa hakikat biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori
yang berlaku secara universal.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
biologi diharapkan dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
D. Proses Belajar Mengajar Biologi
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai
tujuan (Usman, 2000: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama
Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan
kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses belajar mengajar Biologi meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai
dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu pengajaran Biologi.
E. Prestasi Belajar Biologi
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu
yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang
baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan
bahwa prestasi belajar Biologi adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam
proses belajar mengajar Biologi.
F.
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik
memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik
hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan
guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh
kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk mendengar
dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah
teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik
belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung
impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin saja
gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka
belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak
memiliki satu jenis cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap
30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya
mengahadirkan kegaitan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan
kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk
pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk
memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai
dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus
bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan
cara belajar siswa. Selama
Temuan-teman ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila
kita mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata maupun
yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu
kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.
G. Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)
adalah suatu pandekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (200: 2)), “Pengajaran berbasis
masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based
Teacihg (Pembelajaran Proyek), Experienced-Based
Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik), dan Achoered Instruction (Pembelajaran
berakar pada kehidupan nyata)”.
Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ikuiri.
1.
Ciri-cirinya
Berbagai pengembangan pengajaran berbasis masalah
telah mencoba menunjukkan cirri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai
berikut.
a.
Pengajuan pertanyaa atau masalah.
Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip
atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Mereka mengajukan situasi kehidBiologin nyata yang autentik, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi itu.
b.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (Biologi, Matematika, Ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah
dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah
itu dari banyak mata pelajaran.
c.
Penyelidikan autentik.
Pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari pemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisasi dan
mendefinisikan masalah, mengembankan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat iferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu,
metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sesdang
dipelajari.
d.
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya.
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat
berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program computer
(Ibrahim & Nur, 200:5-7).
Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
berpikir.
2.
Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar
Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis
masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar tentang
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
atau simulasi, dan menjadikan pembelajar yang otonom dan mandiri. Uraian rinci
terhdap ketiga tujuan itu dijelaskan lebih jauh oleh Ibrahim dan Nur
(2000:7-12) berikut ini.
a.
Keteramplan Berpikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah
Berbagai macam ide telah digunakan untuk menggambarkan cara seseorang
berpikir. Tetapi, apakah sebenarnya yang terlibat dalam proses berpikir? Apakah
keterampilan berpikir itu dan terutama apakah keterampilan berpikir itu?
-
Berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental
seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.
-
Berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan
(melalui bahasa) objek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan
simbolik itu untuk menemuan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian
itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu.
Pernyataan simbolik (abstrak) seperti itu biasanya berbeda dengan operasi
mental yang didasarkan pada tingkat konkret dari fakta dan kasus khusus.
-
Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis,
mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan
yang seksama.
Tentang berpikir tingkat tinggi, Resnick (1987)
memberikan penjelasan sebagai berikut:
-
Berpikir tingkat tinggi adalah nonalgoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat
diterapan sebelumnya.
-
Berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks. Keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut
pandang.
-
Berpikir tingkat tinggi sering kali menghasilkan banyak
solusi, masing-masing dengan
keuntungan dan kerugian.
-
Berpikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi.
-
Berpikir tingkat tinggi melibatkan ketidakpastian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tidak
selamanya diketahui.
-
Berpikir tingkat tinggi melibatkan banyak penerapan
banya kriteria, yang kadang-kadang
bertentangan satu sama lain.
-
Berpikir tingkat tinggi melibatkan banyak pengaturan diri tentang proses berpikir.
Kita tidak mengakui sebagai berpikir tingkat tinggi pada seseorang jika ada
orang lain membantunya pada setiap tahap.
-
Berpikir tingkat tinggi melibatkan pencarian makna, menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya
tidak teratur.
-
Berpikir tingkat tinggi adalah kerja keras.
Perlu dicatat bahwa Resnick menggunakan kata-kata dan
ungkapan seperti pertimbangan, pengaturan
diri, pencarian makna, dan ketidakpastian. Hal ini berarti bahwa proses
berpikir dan keterampilan yang perlu diaktifkan sangatlah kompleks. Resnick
juga menekankan pentingnya konteks atau keterkaitan pada saat berpikir tentan
berpikir. Meskipun proses memiliki beberapa kesamaan antarsituasi, proses itu
juga bervarisai bergantung pada apa yang dipikirkan seseorang. Sebagai contoh,
proses yang kita gunakan untuk memikirkan matematika berbeda dengan proses yang
kita gunakan untuk memikirkan puisi. Proses berpikir yang digunakan untuk
memikirkan ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan situasi
kehidupan nyata. Karena hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan
berpikir tingkat tinggi, maka keterampilan itu tidak dapat diajarkan
menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan
yang lebih konkret. Keterampilan proses dan berpikir tingkat tinggi
bagaimanapun juga jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum dikembangkan
untuk tujuan ini sangat mendasarkan diri pada pendekatan yang sama dengan
pengajaran berbasis masalah.
a.
Pemodelan Peran Orang Dewasa
Resnick juga memberikan rasional tentang bagaimana
pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi
kehidupan nyata dan belajar tentang pentingnya peran orang dewasa. Dalam banyak
hal pengajaran berbasis masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar
sekolah sebagaimana yang diperankan oleh orang dewasa.
1.
Pengajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur
belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain,
sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting dari aktivitas
mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah.
2.
Pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena
tersebut.
b.
Pembelajaran yang Otonom dan Mandiri
Pengajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa
menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan begitu, siswa
belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya.
3.
Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari
Tahapan |
Tingkah Laku Guru |
Tahap 1 Orientasi siswa kepada
masalah |
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya |
Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk
belajar |
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubugnan dengan
masalah tersebut |
Tahap 3 Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok |
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informsi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penyelasan dan pemecahan masalahnya. |
Tahap 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya |
Guru membantu siwa
merekncanakan dan menyiapkan karyayang sesuai seperti laporan, video, dan model
serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. |
Tahap 5 Menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan maslah |
Guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan. |
4.
Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen
Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur
secara ketat yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang
hati-hati kelompok kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan
system manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang
terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan
siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi
dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma
inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan
peranan sentral siswa, bukan guru yang ditekankan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)
mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai
penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)
administrasi social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru
sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan
utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan
siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan
dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara
ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMA Negeri 1 Lambitu Tahun Pelajaran 2022/2023
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Oktober semester gasal Tahun Pelajaran 2022/2023
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas X Tahun Pelajaran 2022/2023 Pada pokok
bahasan Virus.
B. Rancangan
Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2003: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis,
2003: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu
penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti,
1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan
alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa
serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode
pembelajaran model kontekstual
berbasis masalah.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil
refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran,
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Tes
formatif
Tes ini disusun
berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep Biologi pada pokok bahasan Virus.Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru
(objektif).
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.
Data lembar observasi diambil dari
dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas
siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2022 di Kelas X dengan jumlah siswa 25
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
40 |
|
√ |
14 |
50 |
|
√ |
2 |
70 |
√ |
|
15 |
30 |
|
√ |
3 |
80 |
√ |
|
16 |
60 |
|
√ |
4 |
50 |
|
√ |
17 |
80 |
√ |
|
5 |
70 |
√ |
|
18 |
40 |
|
√ |
6 |
80 |
√ |
|
19 |
80 |
√ |
|
7 |
70 |
√ |
|
20 |
60 |
|
√ |
8 |
60 |
|
√ |
21 |
70 |
√ |
|
9 |
80 |
√ |
|
22 |
80 |
√ |
|
10 |
80 |
√ |
|
23 |
80 |
√ |
|
11 |
70 |
√ |
|
24 |
50 |
|
√ |
12 |
70 |
√ |
|
25 |
80 |
√ |
|
13 |
80 |
√ |
|
Jumlah |
760 |
6 |
6 |
Jumlah |
900 |
10 |
3 |
||||
Jumlah
Skor 1660 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2500 %
Skor Tercapai 66,40 |
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 16
Jumlah siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
Siswa pada Siklus I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
66,40 16 64,00 |
Dari tabel di
atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 66,40 dan ketuntasan belajar mencapai 64,00% atau ada 16 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 64,00%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah.
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan
dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2022 di Kelas X dengan jumlah siswa 25
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Table 4.4.
Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
70 |
√ |
|
14 |
70 |
√ |
|
2 |
80 |
√ |
|
15 |
60 |
|
√ |
3 |
90 |
√ |
|
16 |
80 |
√ |
|
4 |
50 |
|
√ |
17 |
80 |
√ |
|
5 |
70 |
√ |
|
18 |
70 |
√ |
|
6 |
80 |
√ |
|
19 |
70 |
√ |
|
7 |
70 |
√ |
|
20 |
60 |
|
√ |
8 |
60 |
|
√ |
21 |
80 |
√ |
|
9 |
70 |
√ |
|
22 |
80 |
√ |
|
10 |
80 |
√ |
|
23 |
60 |
|
√ |
11 |
80 |
√ |
|
24 |
70 |
√ |
|
12 |
50 |
|
√ |
25 |
80 |
√ |
|
13 |
70 |
√ |
|
Jumlah |
860 |
9 |
3 |
Jumlah |
920 |
10 |
3 |
||||
Jumlah
Skor 1780 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2500 %
Skor Tercapai 71,20 |
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas : 6
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
71,20 19 76,00 |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 71,20 dan ketuntasan belajar mencapai 76,00% atau ada 19
siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
3. Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2022 di Kelas X dengan jumlah siswa 25
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut:
Table 4.6. Nilai
Tes Formatif Pada Siklus III
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
70 |
√ |
|
14 |
80 |
√ |
|
2 |
80 |
√ |
|
15 |
90 |
√ |
|
3 |
80 |
√ |
|
16 |
80 |
√ |
|
4 |
70 |
√ |
|
17 |
70 |
√ |
|
5 |
70 |
√ |
|
18 |
80 |
√ |
|
6 |
90 |
√ |
|
19 |
60 |
|
√ |
7 |
80 |
√ |
|
20 |
80 |
√ |
|
8 |
60 |
|
√ |
21 |
90 |
√ |
|
9 |
80 |
√ |
|
22 |
80 |
√ |
|
10 |
90 |
√ |
|
23 |
70 |
√ |
|
11 |
70 |
√ |
|
24 |
80 |
√ |
|
12 |
80 |
√ |
|
25 |
60 |
|
√ |
13 |
90 |
√ |
|
Jumlah
|
920 |
10 |
2 |
Jumlah |
1010 |
12 |
1 |
||||
Jumlah
Skor 1930 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2500 %
Skor Tercapai 77,20 |
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 22
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No |
Uraian |
Hasil Siklus III |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
77,20 22 88,00 |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes
formatif sebesar 77,20 dan dari 25 siswa yang telah tuntas sebanyak 22 siswa
dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 88,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus
III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode
pembelajaran ini siswa dapat bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata dari
proses bertanya antar siswa ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan dari
temannya yang lebih paham tengtang materi pelejaran tersebut. Juga dari hasil
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah ini murid jadi lebih
mudah untuk bekerja sama dengan sesama temanya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan metode pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1.
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2.
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4.
Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak
positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan
guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu
masing-masing 64,00%, 76,00%, dan 88,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses
mengingat kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran Biologi dengan pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalahdengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru
yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(64,00%), siklus II (76,00%), siklus III (88,00%).
- Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran
berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang diterima
selama ini, dimana hal tersebut ditunjukan dengan rata-rata sikap siswa
yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
- Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah memiliki dampak positif terhadap pemahaman materi pelajaran yang
diajaran, dimana dengan metode ini siswa dBiologiksa untuk memecahkan
masalah yang beruhubungan dengan materi palajaran yang diajarkan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
- Untuk melaksanakan metode pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar
bisa diterapkan dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,
guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode
pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
hasil penelitian ini hanya dilakukan di Sekolah SMAN 1 Lambitu kelas X Tahun
Pelajaran 2022/2023
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. ..... Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral
Pancasila.
Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif,
tt. Lembaga Penelitian Pendidian dan Penerangan Ekonomi.
Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi Research, Jilid 1.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara
Belajar Siswa Aktif.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.
Riduwan. 2000. Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Metode Penelitian
Pendidikan.
Surakhmad,
Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Foto Kegiatan Penelitan di kelas